gelisah

syahdu malam ini aku rasakan
ada kalut dan kerinduan
gelisah menanti kau datang
akankah kau hadir seperti yg kau janjikan???

taukah kamu....
hatiku seperti terbelenggu
ada takut dan ragu dalam kalbu
beri aku kekuatan dan beri aku keyakinan

Malming Lagi

Sepi lagi...
Ngelayap lagi
Nongkrong lagi
Cari hiburan di tengah sepi hatiku
Cari kebahagiaan di tengah hampa perasaanku
Makasih buat seseorang yg selalu menemaniku disaaat saat begini
Kasih sayangmu akan slalu aku ingat...
Aaaah mamingnya kurang seruuuuu... Huhuy

Orbit Cinta

Aku sungguh tak mengenalmu
Kita bukan sepasang kekasih
Namun aku tak ingin menyakitimu
Apa yang kau miliki sekarang akan aku inginkan
Dan untuk mengerti sedikit tidaklah sulit
Kami adalah jalinan satelit yang saling membelit
Mengelilingi seluruh planet yang menarik bagai magnet
Tak ada lagi tempat cinta di orbit
Satarnus, Jupiter, Mars, Pluto tak pernah diam
Markurius, Venus, Uranus, Masih bercokol
Matahari bahkan Bulan untuk tempat bayangan kami sendiri
Jadi relakan kami untuk saling berbagi dan memiliki cinta

Bukan cinta antik

Semua perjalanan hidupku bagai sinema
Bahkan teramat lebih mengerikan
Darah adalah darah
Tangis adalah tangis
Tak ada pemeran pengganti yang akan menanggung sakitku
Apa ini semua... ?
Pasar malam kasih sayangkah... ?
Cinta dicintai dan dicuci gudangkah... ?
Yang kudamba hanya sederhana
Bukan cinta antik yang berukuran rumit
Molekul atom asmara yang begitu pelik
Atau aliran listrik kasih sayang unik bertegangan tinggi

Ingin Bercumbu

Siang kuhampar kaktus nan tumbuh di kegersangan gurun tandus
Mengepit mawar berduri merekah indah
Mengejar ombak yang menghempas karang
Melukis angan sekeras dinding tebing cadas pualam
Pening seketika hinggap di keningku
Tanda tanda kehidupan yang kunanti mulai luntur
Melandai lunglai dahan lelah nan layu
Apakah masih bintang kejoramu bersinar indah
Galaumu bak awan gelap menutupi rembulan
Resahmu berkeliaran laksana mambang hutan
Jenuhmu membutakan mata hatiku
Gelisahmu mencabut sukma di sangkar raga
Kukatakan padamu tuk berhentilah
Membuang iba tanpa rasa kesedihan lagi
Membakar pilu tanpa derita yang bercokol di urat nadimu
Mencabut duri dan onak tanpa menghujam relung hatimu
Candai aku dalam tawa renyah riamu
Cumbui aku dalam buai manja asmara
Sandarkan kepalamu dibahuku
Tersenyumlah seiring datangnya mentari pagi

galau

Untuk pemilik gambarku
Bila malam datang menghimpit sepi
Kecemasank u meranum hingga keubun ubun
Selalu kutemui rasa galau dan resah tak menentu
Ingin kusentuh wajah rembulan dikhayangan sebagai pelipur laraku
Kekasih...
Rinduku tak pernah berkesudah an
Membalut hati kian menebal
Hendak ku berteriak lantang
Melepaskanpenat dan sesak didada

seulas senyum

Gambar wajah itu tergantung didinding bisu
Cahaya jatuh disudut segipanjan g berselimut bingkai biru
Simetris indah dipandang mata
Seulas senyum tulusmu bak magnit berimagi di anganku
Ingin ku melompat kedalam matamu
Menelusuriruas ruas kosong tuk kutempati
Lagi dan lagi kutelusuri jauh kedalam mata hatimu
Tak kumengerti jajaran gencangku tak beraturan

Menyambut Bulan Ramadhan

Pagi tlah menyeret rona senja hingga masuk dibatas yang mustahaq
Senja kan menjelang malam meninggalkan kisah hari hari silam
Kumandang muazin khidmat melatunkan panggilan Illahi
Jazirah tapak nilas kehidupan memasuki sangkar kesucian
Almanak yang memberkas di mimbar tertinggi
Bulan yang terang benderang diantara seribu bulan
Bulan kebajikan yang memberi pengampunan
Bulan pembakaran atas dosa-dosa
~~ Marhaban Yaa Ramadhan ~~
Selamat datang ya Ramadhan
Seiring fajar esok menyingsing tersenyum indah
Tuk tunaikan kewajiban insan muslimin dan muslimah
Sebagai ungkapan tulus dari lubuk hati terdalam ku ucap
permohonan padamu
Kekasih..
Teman...
Sahabat...
Maafkanlah...
Jikalau mata ku telah salah melihat
Andaikan bibir salah berucap
Lidah yang salah berkata
Goresan tinta yang menoreh luka
Tak pernah luput diriku dari khilaf dosa yang tersirat maupun
tersurat
Tertidur maupun terjaga disiang dan malamku
Tak kala diriku bermohon dipintu maafmu yang terbuka ini
Kusampaikan harafiah dengan kurapatkan kedua tangan kuangkat
perlahan untuk sebuah permintaan maaf padamu sahabat
Seiring munajat ku panjatkan
Yaa Illahi Rabb...
Di akhir senja Syaaban ini ku bersimpuh bermohon ampunan Mu
Mungkin hatiku yang tak sebening embun pagi ingin kubasuhkan
dengan sucinya air wudhu
Jiwaku tak berkilau kemilau bak mutiara ingin kuterangi dengan
tadarus dan zikir Mu
Sikap, tindakan dan perbuatanku berlumur dusta dan nista ingin
kubakar dengan hidayah Mu
Ya Allah...
Kuserahkan hidup dan matiku hanya padamu
Tiada kesempurnaan yang abadi di dunia fana ini hanyalah Engkau
Yang Maha Sempurna

Lampionku

Seketika malam bergemuruh seiring angin meniup lampion-lampion
kecil
Tergantung mengayun diantara cabang ranting dan suara gugur
dedaunan bambu bergemerisik
Mengumandang jerit pekik serangga malam
Kisahkan resah tentang gulamnya menara langit mendung yang
bertandang
Makara diatas cahya para seniman bimbang
Relief yang membuta terurai burai
Prasasti tak bertuan didinding terjal
Filsafat yang tercecer diurat nadi
Ingin kubutakan mata renta memutus lepas rantai yang
membelenggu pergelangan kaki
Menjebol tanggul penghadang makna
Mendayung biduk di samudera air mata
Tanpa celak dan pemerah bibir bergincu
Ingin ku warnai inai diujung kukumu
Meletekan cermin dipelaminan bisu
Menyematkan sasak kembang goyang di konde rambutmu
Menaruh giwang cahya rembulan di telingamu

Tak Ingin Gila

Ingin kulanting lekas kilau mutiara ke talam hati
Mengikis bercak kerut kusam tersisa diwajah jelita
Suguhkan segarnya secawan aroma cerry
Membeningkan semangkuk tirta netra asmara
Duhai yang tengah bergelut resah karena cinta
Frustasi menggila merajai iblis dalam otak benak alam nestapa
Berilah sepinggan waktu untuk ku santap
Berbagi padaku seteguk pahitnya empedu untuk kulalap
Agar ku tahu diriku tak ingin mati gila karena cinta
Supaya dapat kumengerti cinta tak selamanya dapat dimiliki
Rehatkan sejenak galau dan resah tak menentu
Diantara jentik jemari dan sudut ruang kosong
Jangan berikan cinta mu hanya sesaat atau beberapa jam
Biarkan aku berada di dekatmu
Kan kusunting purnama dikhayangan
Menjadi permata hati berkilau bersinar diantara dirimu dan diriku

Ingin Melukis Hatimu

Rindu membengis yang tak pernah kompromi
Mengukir sketsa pola meronta tak karuan
Kering kerontang dahaga dahan tanpa daun
Malam yang bergelayut di canting bisu
Kuhampar sehelai mori
Curahkan goresan lilin
Mengikut alur mencair deras
Membayang rona pesona indah
Kekasih lihatlah...
Aku yang tengah melukis hatimu
Sekeras jemari angan mengayun
Menekan dengan keseimbangan hingga terlarut
Diantara pola dan warna
Sesak nafasku seakan hendak berhenti
Menahan gemuruh uraian maknamu
Abstrak berhenti dihujung garis
Sebuah gambar tanpa wujud
Kekasih...
Berilah aku kanvas
Untuk kulukis wajahmu
Kan kubingkai dengan hatiku
Dan kuletakan ditempat terindah

Bias Bias Cinta

Ketika doa tlah menjadi kekuatan
Jiwai makna cinta hidup tumbuh dihati
Pengabdian sebagai bunga raga
Sebuah arti pengorbanan yang ditanam
Sederet ranting hias helai demi helai sang kekasih
Sayangi dahan tempat bertengger bidadari
Mahkota membatang diubun-ubun maha dewa
Semerbak singgasana cakrawala pujaan hati
Bias memabukan melayang-layang hilangi akal
Terbius dalam separuh tirai sutera hari
Sorot mata tajam yang menerpa wajah
Hanyut ditengah kenangan rindu yang tak berkesudahan
Kulipat pikat dihati
Dorong daya penuh harapan
Akan cinta yang telah membanjiri samudera
Merajai dalamnya lautan asmara

Hanya Sebutir Gandum

Kukatakan pada matahariku
Senja pasti akan datang seiring waktu
Sinarmu kan tenggelam hilang dibalik mega kelam
Membawa kisah hari-harimu
Kukatakan pada rembulanku
Fajar pastikan datang seirIng tetes embun pagi
Cahaya indahmu kan memudar
Sirna bersama datangnya mentari pagi
Aku hanyalah sebutir gandum yang lemah tiada arti
Pupus ditengah teriknya matahari
Musnah dikerling senyum bulan purnama
Hanya berteman angin sepoi menghibur
Duhai angin pembawa kabar
Beritakan padaku tentang kidung peri kecil
Ceritakan celoteh bintang kejora di angkasa
Dengarlah syairku yang tak seindah pujangga timur
Hanya suara gores pena tanpa wujud
Menggelitik telingga si cadar putih
Kan hilang bak makam tanpa nisan
Berilah suarmu sebagai tanda petunjuk arahku
Agar biduk kukayuh tak tersesat dalam lautan menggila
Supaya aku mengerti dalamnya samuderamu
Untuk bekalku berlabuh di dermaga yang kutuju

selendang sutera

Aksara berserabut an laksana deru debu
ledakan nuklir
Bersimpangsiur membubung tinggi ke angkasa malam
Kuperah dengan selendang sutera
Kusaring hingga residu tersisa
Sebanyak buih mengapung
Pasir berserakandipantai
Demi seuntai kata
Tak lain hanya cinta

Terdampar di Pulau Cintamu

Kini kuarungi samudera bahari
Seluas mata memandang hanya birunya laut
Kompas kuarahkan ke utara
Pada gelombang cinta
Awan smakin menebalkan
Jengah kegelisahan hati
Resah di kemelut langit
Membadai seluruh alamku
Bahtera terhempas karang
Puing berserakan mengapung tak menentu
Hanyut tertiup terbawa angin
Dipulau cintamu aku terdampar
Karaaam...

Sketsa Hampa

Petapa suci duduk disinggasana
Bergelut dengan imajinasi hampa
Merebut mahkota dewa yang terkapar
Menggelepar hingga malam
Akankah berbuah matahari senja ditengah terik mentari
Atau sketsa angan yang ingin mencabik kulit sang puteri
Hidup tak lebih baik dari rukun berteman dan bersahabat
Saling bermuhasabah diantara sesama
Ataukah hanya slogan dan semboyan sebagai selimut idealisme
Ingin ku cabik dilematika hidup
Melumat dengan taring gigi runcingku
Menelan hingga kekerongkonganku
Dan bersemayam dalam perut laparku
Lapeeer... heee...

Bidadari Berselimut Salju

Sedingin kurasakan membelai tubuhku
Tak lagi ada kibasan sayap-sayap indah bidadari berbulu lembut
Kabut kian menebal dipucuk kebekuan sendu
Berselimutkan salju enggan tersenyum membisu
Hai...
Bidadari berselimut salju
Akankah kau tertidur dengan rasa dinginmu... ?
Kapankah kan kau kibaskan kepak-kepak sayap indahmu... ?
Masihkah kau menetes kan airmata yang berubah menjadi butiran es
Lihatlah diriku yang tengah menjala hangatnya matahari
Mempersembahkan sepotong cahaya dipangkuanmu
Menyulut sumbu kebekuan merobek selimut saljumu
Agar engkau selalu indah dihatiku
Tersenyumlah...
Diantara butir butir saljumu yang mulai mencair
Cahyakan hangatnya kasih diantara kibasan bulu indahmu
Padanglah cerianya dunia disana diantara runtuhan puing-puing hati
yang berjiwa
Masih ada tempatmu bertengger diantara hijaunya daun dan tetes
embun pagi

Pagi Cintaku

Bila kau tanyakan cintamu
Lihatlah disana mentari terbit
Bersinar ceria diufuk timur
Tersenyum memancarkan cahya
Cintamu masih ada padaku
Selalu terbit tak pernah tenggelam
Bersinar tanpa henti
Menghangat tiada pernah membeku
Aku takkan peduli mega kelam manghalang
Dinginnya kutub di utara
Gelapnya malam kelam
Cambuk sunyi yang bertubi-tubi
Cintamu masih ada padaku
Kusimpan dan kujaga disetiap nafasku
Kubawa dalam jiwa yang bersangkar ditubuhku
Hingga senja sejati menutup dengan lembaran malam

Harga Yang Tersisa

Genap tlah melengkapi ganjil
Bilangan tanpa dapat kubagi
Setangkai tumbuh bertunas impas
Dalam percik lompatan sang waktu
Benih cinta kusemai dalam kalbu
Berbunga indah merekah
Lambat yang pasti
Berbuah rasa diujung lidah
Tiga ratus enam puluh lima hari
Masa tlah kita lewati bersama
Masih lembab kentara sandaran itu dibahuku
Menderu gelora dipuncak asmara
Musim demi musim tlah kulewati
Hari-hari berputar bersama mentari
Nun jauh senja memanggil
Laksana cahya melesat hilang digelapnya malam
Kini kian merdu nyanyian malam
Mengupas bait bait alunan mimpi
Mengais remah remah yang tertumpah
Tak kuasa luruh diri rebahkan tanpa daya
Sebuah harga yang tersisa

Dalam Tangisan Mimpiku

Beri aku waktu cukup untuk merebahkan tubuh letihku
Walau itu hanya sekejap membayangkan kecantikan wajahmu dan
ku kan melupakanmu
Mata lentik mu membuatku terpikat
Hidung mancungmu menggemaskanku
Beri aku kesempatan untuk menghempaskan nafas cintaku
Walau itu hanya sesaat mengenang keindahan rupamu dan ku kan
berlalu
Tubuh indahmu membuatku bergelora
Bibir tipismu menyerobot anganku untuk melumatnya
Aku senang walau hanya mengenalmu
Aku suka walau takkan pernah memilikimu
Tak mengapa walau hanya memandang mu dari kejauhan
Biarlah hanya melihat bekas langkah langkah kakimu
cuma sekejap mencium aroma tubuhmu walau itu hanya dalam
tangisan mimpiku

Jenuh Yang Mengental

Mengiris sisa angan malam dihelai pelepah mayang
Terkulai setangkai patah shimponi balada senja di pembaringan
Berwadah perak berlimpah ruah kesegala penjuru mata
Impian mentari yang tertidur suri
Bergumpal awan biru turun melandai
Merangkum kesendirian ditepian telaga
Hingga jenuh pekat mengental
Pipi pesolek yang pecah terhempas berderai
Merenung bisu membayang air wajah tirani
Memutih bagai randu tertiup hempasan angin
Terbang jauh setinggi angkasa
Sirna dibalik mega mega
Sesak penat bilik kamar kosong bujang perawan
Seruling patah yang tak lagi berbusana
Rapal aksara memudar tanpa cadar
Tentang secangkup asa tergeletak di balai balai bambu

Sejengkal bersandar di Bahumu

Binar cahaya jendela mata membiru
Kugenggam mentari dikanan tangan kulepaskan
Berlari memeluk pesona rembulan yang jatuh dilembah
Sejengkal hampir bersandar pada bahumu
Sewindu mati dalam tidur bisuku
Lentera angan yang tertinggal dipulau impian
Marak didermaga asmaraku bertabur aroma magismu
Sayup-sayup sakral nuansa menghisap khidmat membhatin
Teteskan hujan yang jatuh di kaki langit bidadari cinta
Kuncup bunga nan merekah dimusim semi
Bayu yang membawa sejuta rasa melambung ke angkasa
Kunanti tak jemu canda angsa putih bermahkota intan
Saatnya kuingin menyentuhmu
Tak hanya sisa ruang dan waktu yang hanya sejengkal
Terbanglah bidadariku
Terbang bersamaku menuju cahaya gilang gemilang

Rindu Yang Tak Pernah Usai

Ku seret waktu hingga menggelincir ditepian cakrawala
Kugereskan bait bait rinduku pada rona lembayung senja
Derak jarum detik renta yang tak mau kompromi meninggalkan
mentari
Ketika lukisan usang menggantung didinding maha dewi cinta
Di hamparan bumi tercinta meruntuh embun langit mambelai
dedaunan
Suara-suara riang bidadari bercanda menyongsong sinarnya
rembulan
Menghamparkan permadani seluas ruang angkasa
Mengasah suara parau mengajak kisahkan cerita malam
Kekasih...
Lambaian pucuk pucuk cemara ini membuatku pilu
Rembulan seakan menertawai kesendirianku
Ingin rasanya kuterbang melambung tinggi
Singah dipembaringanmu melepaskan sesak didada
Pada angin kubertanya mungkinkah abadi ?
Rasa yang membuncah gelora membuatku gila
Meledak hendak menerkam rindu yang tak pernah usai
Ataukah harus kubuka mataku berjalan kearah matahari hingga terbit
fajar menyingsing menemuimu ditempat yang pernah kita janjikan

Atas Nama Cinta

Ingin ku terbang melesat ke nirmala lepas bebas tanpa bayang
bayang
Bermanja menemani bintang gemintang malam
Lihatlah diriku meluncur deras tanpa suara bagai bintang jatuh
Membawa permintaan yang jatuh dipangkuanmu
Dini hari udara akan semakin dingin menggigit tulang
Instrumen serangga malam kan berpentas ria
Adakah tubuhmu yang belum terselimuti
Akankah lantun suaraku memberi senyuman di mimpi indahmu
Ditengah lelah lelapnya sang rembulan di peraduan
Pada temaram lampu ditaman hatimu
Mata hitamku mengais bait simphoni rindu
Membubuhi tanda pada prasasti aksara yang tertulis
Untukmu dan untukku
Atas nama cinta

Rindu Yang Tak Pernah Usai

Ku seret waktu hingga menggelincir ditepian cakrawala
Kugereskan bait bait rinduku pada rona lembayung senja
Derak jarum detik renta yang tak mau kompromi meninggalkan
mentari
Ketika lukisan usang menggantung didinding maha dewi cinta
Di hamparan bumi tercinta meruntuh embun langit mambelai
dedaunan
Suara-suara riang bidadari bercanda menyongsong sinarnya
rembulan
Menghamparkan permadani seluas ruang angkasa
Mengasah suara parau mengajak kisahkan cerita malam
Kekasih...
Lambaian pucuk pucuk cemara ini membuatku pilu
Rembulan seakan menertawai kesendirianku
Ingin rasanya kuterbang melambung tinggi
Singah dipembaringanmu melepaskan sesak didada
Pada angin kubertanya mungkinkah abadi ?
Rasa yang membuncah gelora membuatku gila
Meledak hendak menerkam rindu yang tak pernah usai
Ataukah harus kubuka mataku berjalan kearah matahari hingga terbit
fajar menyingsing menemuimu ditempat yang pernah kita janjikan

Untuk Gelombang Cintaku

Duhai gelombang cinta yang duduk bermanja
Pada pagi mengawali senyum ceria
Diufuk timur cahya merekah penuh pesona
Alangkah ingin kupagut rinduku pada sisa malam yang tersita
Duduklah sini disampingku...
Sandarkan mahkota indahmu dibahu
Biar kubelai rambut hitammu
Mengawali cerita hari pada sekeping hati tak manentu
Campakkan resah dan gelisah
Alunkan riak riak gelombang cintamu
Biar kulumat memagut bibir tipismu dipagi ini
Melambungkan tinggi khayal tentang sepotong asa
Gemulaimu bergelora tertiup bayu
Menggelinjang dengan senyum menggoda
Pada pucuk dahanmu kusematkan sebuah kata
Untukmu Cinta selamaya kan berbunga

Cintakah ataw Nafsu

Hai...
Tak cukupkah bagimu...
Dada-dada bidang tuk bersandar
Lengan kekar tuk menggenggam
Otot yang gagah tuk mencengkram
Lihatlah...
Simulut manis yang bergairah
Liuk hasrat mengundang shahwat
Segelas madu diujung bibir bergelora
Gula-gula asmara beraroma tebu muda
Ingin kulempar secawan cinta
Pada lekuk senyum yang menggoda
Mengguncang para betina manja
Berlomba menarik lengan baju
Cintakah diriku....
Nafsukah ini namanya...
Rehat sejenak ditengah kebimbangan
Kutunggangi angin menghitung bintang dilangit
Bulan ingkar dengan senyum genitnya
Hadir menjemputmu putri dewata
Rebahkan sedikit sajian angkuh dikaki kursi tuamu
Biar kucoba lebih baik tuk mencintaimu
Dan merindukanmuuuuuuuu....

Menuju Cahaya

Nun jauh disana cahaya masih teramat jauh
Dalamnya kegelapan lembah yang dingin menggigil
Tiada kehangatan menyentuh kulit ari sipenari balet
Terkubur dikebisingan kepak sayap-sayap lebah
Mendekat menuju gemericik mataair
Lantun tempo irama mengental dipilar kebimbangan
Berbias cahya membayangi latar pusara tua
Membuka celah seujung jarum harapan
Ditepi cahya kehangatan merindu
Mengkristal tikam menusuk jantung
Ingin kusudahi diam
Lantang berteriak dikerongkongan tersumbat
Kini aku bersama cahaya penerang
Mari kita bicara dengan cahaya
Yang tak terbatas etika maupun logika
Hanya kebenaran semata
Cintamu dan Cintaku adalah satu wujud kebenaran yang nyata

Mungkinkah

Ku genggam birunya lautan
Deburan ombak pantai melandai bekejaran bersama buih
Menjamah bibir halus nan putih
Ingin kulukiskan wajahmu dibutiran butiran pasir
Kekasih...
Seribu purnama muncuat dihampasan nafas
Menantimu tiada henti pada janji hati
Ku selami dasar samudera
Mungkin ku tuliskan kerinduan pada kerang mutiara
Ooh Kasih...
Lelah ku coba duduk diberanda hatimu
Pintu ini teramat gagahnya
Tak kan mampu ku runtuhkan dengan godam seribu kati
Tak mungkin kulompati batas sang waktu
Selembut kuingin rasakan belaian tanganmu
Setidaknya mencium aroma tubuhmu
Apakah penantianku kan berujung di jurang kecewa
Atau bermakam diriku diberanda pusara hatimu
Oooh Mungkin...
Mungkin harus kusadari...
Cinta tak selamanya memiliki....

Citra Pujangga

Hati...
Kaulah sumber segala inspirasi cerita pendamba cinta
Kubawa CITA, yang berbentuk keinginan pikiran pada harapan
melakat pada tujuan
Kukembangkan RASA, bentuk yang melakat pada penciptaan pikiran
naluri karena tujuan
Kunyatakan CIPTA, bentuk yang berwujud karena keinginan tuk
menciptakan tujuan
Kulabuhkan KARSA, bentuk yang dirasakan pada pikiran jiwa dan
raga untuk diwujudkan
Kubuktikan KARYA, Bentuk yang telah diwujudkan dalam hasil
kenyataan tujuan
Citra Pujangga hanya manusia biasa
Tiada daya dan upaya diatas segalanya hanyalah Yang Maha Esa
Mungkin ini khasanah nusantara
Berbagi rasa dalam suka maupan duka
Tak kan ku patahkan hati yang mengarungi lautan cinta
Rasa yang menggelora dijiwa
Cipta yang mawujud nyata didunia dan akhirah
Karena semua tercipta didasari atas segala galanya akan cinta semata

Temeni aku

Ditepi senja menyambungi malam
Duduk bermenung sang pengelana dunia
Mengukir rasa di cakrawala
Mencari bekal secercah cahya penerang
Tenggelam surya membawa cerita hari
Terlelap bersama birunya laut
Mendesir panggilan jiwa yang resah
Untuk bersandar pada janji setia
Sentuhan bayu membawa khabar berita
Isyaratkan tentang jatuhnya embun pagi
Firasatku bergemuruh melontarkan batu ditunggul bisu
Menempuh jalan hitam kan berselimut sunyi
Jemari lenganku mencolek si hidung mancung
Mengajak bersenda gurau dalam malam kelem
Kusita rembulan tersenyum tuk menemani mata
Menjadi penerang dalam gelapnya malam

Sang Puteri Impian

Gemulai lidah berserabutan diantara kata
Lenggak lenggok bak penari kacak
Tertancap cerah dipuncak gapura
Pada dinding relief prasasti pujangga
Langkah kaki berputar menggelilingi undakan api unggun
Seiring kacak mengangkat tangan
Bedecak seirama mengalun sakral mantera
Kian khidmat hingga tersugesti ke cakrawala
Puteri, lihatlah aku diangkasa
Bersinar dipangkuan rembulan
Bergelayut bersama kijapan mata sang bintang
Memandangmu diantara penari kacak
Putri, lihatlah matamu mengerling padaku
Mengibas penari kacak diujung kipas putihmu
Sedikit kutarik senyum diantara mega
Menembus menyinari wajahmu nan jelita
Putri, dikaulah mahkota ratu impian
Bersinggasana pada telapak dewata
Sungguh indah kupandangi lantunmu
Hingga membubung tinggi ke nirmala
Putri, sungguh aku mencintaimu
Walau engkau tak mengenalku
Terlalu cepat aku menyayangimu
Terlanjur ku mencintaimu
Walau engkau tak mengetahui aku

Kumbang Dan Rama Ramaku

Bertabur Miliaran Kata Cinta
Tiada Batas Kalimat Kasih
Tiada Terhingga Makna Sayang
Berhambur di Alam Semesta
Duhai Sang kumbang jantanku
Wahai rama-ramaku
Kemana angin kan bertiup
Larut malampun tlah menjelang fajar
Bias cahya rembulan menembus anganku
Bertampias dalam cipta khayal
Merajut jala dewi asmara
Meretas benang sakralmu
Kian khidmat kelam jelaga hati
Berbaur daur pekat desir jantung
Bermenung sang kumbang menanti rama-rama
Terjatuh aku dalam lamunan hingga tergagap tiada terkira
Kujelmakan diri terbang tinggi bagai elang melintas gunung lautan
samudera
Menembus mega-mega kelam kelabu tinggalkan sang kumbang dan
rama-rama
Hinggapi puncak cakrawala sendiri dari masa ke masa bersama
mimpi

Hanya Debu Jalanan

Hai Lihatlah...
Bibir mungil nan berhias gincu
Pipi mulus berlapis bedak
Bulu mata lentik bermaskara
Gigi putih berlapis emas
Kau tahu...
Aku hanya sapu tangan butut
Yang bergelut dengan peluh
Tergantung diantara leher
Kadang tercampak diatas meja lusuh
Kutanya...
Untuk siapa senyum senyum itu bertaburan
Pada siapa merah pipi kau usungkan
Dengan siapa kedip mata kau lirikan
Tawa yang renyah kau tunjukan
Mungkin...
Aku debu jalanan
Terbang diatas tiupan angan
Terkadang hinggap diatas lemari
Terkadang berubah laksana bidadari

Badai berlalu cintapun bersemi

Laut kan menggulung laksana badai prahara
Bumi kan mengguncang bagaikan lindu
Angin kan menerpa umpama taufan
Api kan menyala bak kobaran membara
Tersenyumlah karena hikmah dan hidayah dari Nya
Bukankah bintang gemintang malam masih berkelip
Dan rembulan genit dikhayangan masih tersenyum
Matahari bersinar pancarkan cahya kehangatan
Bernyanyilah dalam hati yang resah gundah gulana
Diantara sepotong harapan dan doa
Yang tergolek lemah tanpa daya upaya
Dan berserahlah kepada kehendak Nya
Ataukah penyesalan yang tiada guna kan merubah keadaan
Apakah yang sirna atas keinginan Nya mampu tuk dinafikan hati
Kembalilah merubah kesesatan diri kepangkal jalan
Jalan yang lurus dan benar yang di Ridhoi Nya
Karena badai berlalu hidupanpun kembali dimulai
Bunga kan tumbuh indah bersemi
Angin sepoi melambai dedaunan
Lautpun membiru mangulun riak gelombang ke pantai

Bukan Predator Cinta

Di belantara terbentang alam dunia cinta
Berbagai tapak jejak naluri alamiah tertantang
Kadang mempesona memikat mata
Kadangkala miris menyiksa menghiba rasa
Predator cinta dialam maya siap memangsa siapa saja
Bentuknya menyerupa mengelabui mangsa
Memikat tuk menjerat yang terpikat
Berubah liar buas tak terkira
Mungkin kita kadang terlena pada serupa tapi tak sama
Kadang menjelma jadi malaikat
Kadang berubah jadi si raja laknat
Begitulah fatamorgana alam dunia

Kesatria Bintang JatuhKesatria Bintang Jatuh

Jangan katakan diriku menjadi batu, atau
Anak rambut melambai ditiup bayu
Serpihan kaca yang menusuk kaki, atau
Serbuk indah yang membedaki pelang
i
Sesaat selimut malam membalut hatiku
Jarum detik menghujam dinding bisu
Terkoyak perih tersayat sembilu
Hanya desir melambai dipucuk dahan
Lihatlah Bintang jatuhku
Anak kunci yang menatap abadi
Cermin persembahan sang Dewi
Pada benak kemurnian yang tersenyum di keabadian
Berkibar panji ksatria berjubah emas
Mengejar puteri impian disinggasana sang raja
Pengelana tanpa arah yang tergugah
Tidur terlelap dalam sesatnya khayalan mimpi

Senandung rindu sang jemari

Akulah saksi bisumu yang tiada berkata dan berucap
Berapa banyak sudah kau gunakan aku disegala hajatmu
Tersadar maupun terlupa aku selalu ada di dekatmu
Siang dan malam tiada ku mengeluh tentang deritaku
Semua sudah kehendak Yang Kuasa
Tempatku tiada akan pernah terganti oleh siapapun
Lihatlah diriku dalam kubangan yang bernoda
Hanya berhias sebentuk cincin yang melingkar dijari manismu
Apakah kan sebanding harganya dengan pengorbananku... ?
Adakah kau mengerti sesaat diriku harus berbuat untuk
keperluanmu yang tak hendak ku inginkan
Atau kaupun hanya memandang cincin saja tanpa menoleh
sedikitpun pdaku
Namun semua kuterima tanpa keluh dan kesah
Baiklah, bila kau sadari satu yang hilang diantara semuanya
masihkah kau hargai aku
Kau taruhlah aku dipuncak terhormatpun aku tiadakan berubah
Sekalipun tempat terhina aku tetap seperti apa adanya
Yang kuingat aku hanyalah jemari penghias cincin dijemarimu

Kata Yang Kelam

Mukadimah pembuka kalam
Hikayat terbentang diatas talam
Berbunga indah bagai nilam
Semerbak harum ditengah malam
Kalimat diucap dengan salam
Menggema syair ke seluruh alam
Lisan berucap tanggan mengenggam
Bagaikan cahaya tiadakan padam
Sahabat pujangga yang ku idam
Siang malam rindu ku redam
Walau malam kian kelam
Namun kata kupandu sebagai ilham

Hanya Kata

Daku hanya penebar pesona
Diwajah rupa nan jelita
Tiada kata tiada bicara
Hanya diam seribu bahasa
Bukan angkuh dan sombong maksudku pun tiada
Cuma hanya membuatku gila
Mungkin engkau mulai lelah terasa
Tiada canda tiada sapa
Rendah diri ku ungkap kata
Agar nampak dipandang mata
Kesedihanku tiada terkira
Agar dilihat seluruh dunia
Wahai diriku yang fana
Yang terlelap ditengah gulita
Beralaskan kain kasa
Semua kuserahkan pada Mu Yang Maha Kuasa

Insan Sejati

Aku siap engkau maki
Ungkapan luapan hati
Mungkin kita sama lelaki
Tapi jadilah yang sejati
Tauladan sudah ada diberi
Mengikut jejak insan sejati
Hidup tak hanya sampai disini
Di akhirat siap menanti
Ku syairkan dendang sepi
Diantara tepian hari
Ku ucapkan tuk dijiwai
Merasuk sampai surgawi
Bukan maksud menyakiti
Kata dibuat penanda diri
Bercermin pada Ilahi
Sebagai bukti diri berbudi

Bisu

Bisu..
Ku arungi samudera teduh
Mendaki puncak mahameru
Bersama desir angin sang bayu
Menjelma lantunan syahdu
Ku tongkat kaki ku yang kaku
Ke gigit lidahku yang kelu
Pada desiran rindu
Yang menyeruak diantara kalbu
Seuntai kata kusampaika n padamu
Berjuntai makna pecah seribu
Diriku masih tetap menunggu
Walau hanya diam membisu...

Kudaku Sakit

Kamu kenapa kudaku
Pagi pagi dah ngadat ga mo pergi
Kamu diam seribu bahasa
Membuatku salah tingkah
Kudaku.. Kau adalah teman setia hari hariku
Kau adalah teman di jalananku
Kau adalah tungganganku
Kamu kenapa kudaku ?
Apa aku terlalu mmemporsirmu
Hingga kau sakit dan mogok...
Tak mau lagi mengantarkan setiap perjalananku
Oh kudaku....
Besok kita pergi ke pawangmu yah
Biar besok kau bisa berlari lagi
Ditengah kemacetan kotaku
Besok kita pijat refleksi yah
Biar badanmu kuat seperti biasanya..
Atw besok kita kerumah sakit yah..
Biar sembuhkan seluruh sakitmu
Kudaku...
Jangan marah dan mogok lagi yah..
Aku tak bisa bila hari hariku tanpa di temanimu
Kudaku...
Cepat sembuh yah..
LPH

Cinta Jarak Jauh

Kangen ini selalu menjelma
Rindu ini selalu menggunung
Tak ada pilihan lain
Selain hanya bersabar
Saling setia dan percaya
Hanya itu kuncinya
Dua pulau memisahkan kita
Ribuan kilo membentangin kita
Lautan luas membatasi kita
Hanya kata cinta yg tak pernah membatasi semuanya
Kala rindu makin menggebu
Hanya sebait puisi obatnya
Hanya seuntai kata pelipurnya

Rasaku Part 2

Sedih galau menangis...
Hanya itu yg bisa aku lakukan
Aku tak kuasa,
Aku tak berdaya
Rasa ini begitu besar padamu
Tapi mengapa kau beri aku setitik keraguan
Kurang apakah aku..?
Sayang ini hanya untukmu
Kasih ini hanya untukmu
Rindu dan cinta ini juga hanya untukmu
Beri aku jawaban atas ketidak puasanku
Beri aku penjelasan atas ketidak nyamananku
Tapi yang ku dapat
Kau menghindar
Kau menjauh...
Aku mau tanya..
Aku harus bagaimana
Biar benar dimatamu...??

Pilihanku

Remang malam ini
Menggambarkan hatiku
Remang tanpa cahaya
Tanpa tujuan
Dan asa yang tersisa
Kesedihan dan deritaku
Itu hanya sebuah akibat
Dari pilihanku
Aaaaah
Pilihan yang salah
Dan sangat salah
 

apa pendapat anda tentang blog LPH ini....

© Copyright 2011. All Right Reserved by Lina Pujaan Hati | Designed by Free Blogger Templates | Premium Wordpress Themes | Coupons Code | Free Icons